KELOLA SUMBERDAYA ALAM DEMI MASA DEPAN ANAK CUCU KITA

Jumat, 30 April 2010

Sebuah Catatan Esensi Perjuangan Buruh

Sebuah Catatan Esensi Perjuangan Buruh
Oleh:
Fadli Moh. Noch

Kemenangan suatu perjuangan kaum buruh atas kesewenag-wenangan pengusaha bukan hanya merupakan kejayaan untuk kaum buruh itu sendiri tetapi lebih luas untukaaaaaaaaaa bangsa ini. Dimana kemenangan itu sekaligus mendorong perubahan dalam dogma-dogma lama mengenai perilaku pengusaha yang selama ini di backing Negara (pemerintah). Secara nyata perjungan itu menunjukkan kapasitas kaum buruh menuju kemasa pembebasan dan ketidak terikatan terhadap norma-norma penjajahan yang bersipat mengatur dan ingin diikuti apa yang menjadi kehendak.
Harus diyakini bahwa suatu perjungan paling tidak dapat memberikan kontribusi fundamental bagi kaum buruh itu sendiri, yaitu:

  1. Kekuatan buruh dapat menghadirkan suatu perjungan untuk masyarakat pada umumnya tidak hanya untuk kaum buruh itu sendiri, jika demikian maka simpati dari masyarakat akan terus mengalir dan tetap menjadi penyeimbang atas kekuatan pemerintah yang selama ini cenderung berada di belakang pengusaha. Jika demikian yang terjadi maka yakinlah hasil dari perjuangan tersebut akan berbuah manis.

  2. Adalah suatu kesalahan dan ketertinggalan jika perjuangan itu harus menunggu syarat-syarat yang selama ini melekat untuk kaum pekerja kita, bahwa harus ada suatu penindasan atau kesewenangan dulu lalu kita hendak berjuang. Pemberontakan dalam makna perjuangan dapat menciptakan kondisi tersebut.

  3. Di negeri yang kita cintai ini arena perjuangan dengan mendapat dukungan dari segala pihak terutama masyarakat akan meruntuhkan kedikjayaan pengusaha meskipun di backing oleh Negara.
Dari ketiga sumbangan itu, dua yang pertama merupakan jawaban tandingan terhadap sikap pasif kaum buruh atau masyarakat yang masa bodoh (semu) yang menyembunyikan dirinya dan ketidakaktifan mereka dengan berdalih tak ada yang dapat dilakukan untuk menentang pengusaha yang di backing Negara dan beberapa diantara mereka hanya duduk saja sambil menunggu hingga seluruh kondisi obyektif dan subyektif muncul. Tanpa bekerja untuk mengakselerasikan kondisi tersebut. Ketika masalah-masalah ini sudah menjadi topik pembicaraan kemudian mereka berlombah sambil mengacungkan tangan bahwa mereka merupakan bagian dari perjungan itu. Sunguh ironis !!!

Sesungguhnya, bila seseorang berbicara tentang kondisi perubahan maka seharusnya ia tidak berfikir bahwa seluruh kondisi itu akan tercipta dengan begitu mudah tetapi harus melalui suatu fase yang namanya perjungan, pengorbanan dan dukungan. Untuk itu kiranya perlu diciptakan suatu pemahaman bahwa untuk mencapai tujuan dari perjungan itu dibutuhkan konsolidasi yang dapat menyatukan visi dan misi perjungan itu sendiri membuang adanya perselisihan terutama menyangkut egoistik dan sikap pesimistik. Jika memang kondisi itu terjadi maka harapan dukungan dari masyarakat akan menjadi sulit yang ada justeru kebencian rakyat semakin aktif terbentuk, berdimensi dan pada saatnya sebuah sikap perlawanan mengkristal dalam bentuk memecah cita perjungan itu sendiri, yang kemudian hal tersebut bisa saja dimanfaatkan oleh pihak-pihak pengusaha, menyusupi dan memberikan provokatif sehingga perjungan itu menjadi tidak focus dan terpecah belah. Semoga tidak !!!.

Sumbangan ketiga pada dasarnya bersifat strategis, dan merupakan sebuah teguran atau bisa juga disebut sebuah omelan terhadap mereka yang secara dogmatis berpandangan bahwa perjuangan buruh hanya dilakukan oleh orang-orang yang selalu merasa tak puas atas kondisi yang tercipta yang kemudian dipusatkan pada satu titik tertentu misalnya di kota-kota besar saja sebagai sebuah representasi dari perjungan buruh di daerah, padahal untuk mencapai suatu tujuan perjuangan maka kantong-kantong yang mempunyai basis dari perjuangan tersebut harus disatukan menjadi sebuah simpul yang sulit terbuka dan terintegrasi antara satu dan yang lainnya sehingga memiliki daya tekan yang dahsyat.

Suatu kesatuan merupakan basis dari perjungan kaum buruh dan rakyat untuk membebaskan dirinya, memiliki karakteristik walaupun berbeda namun disatukan oleh esensi yang sama. Untuk itu apa yang dapat kita lakukan terhadap perjungan ini, maka hendaknya hal yang pertama dilakukan ketika memutuskan turun kemedan perjungan adalah melakukan identifikasi siapakah yang akan berjung bersama kita? Dan apa yang hendak diperjungkan? Sebab perlu disadari disisi yang berlawanan kita akan berhadapan dengan kelompok borjuis dan backingannya yang selama ini menjadi penindas bagi kaum ploretariat. Dalam beberapa kesempatan harus diperhitungkan karena tetap mendapat dukungan dari kelompok-kelompok birokrat yang mempunyai kekuatan mengatur apparatus keamanan dinegeri ini, sehingga tak heran suatu perjungan bagi kaum buruh terlebih dahulu terhalang oleh serombongan seragam lengkap dengan peralatan perangnya yang tanpa disadari bahwa hal tersebut adalah bentuk apresiasi yang tinggi oleh kaum buruh, dan masyarakat terhadap mereka sehingga dipakaikan untuk menghiasi badannya agar tetap kelihatan gagah selaku abdi negara, namun ironis hasil pemberian yang diperoleh dari cucuran keringat kaum buruh dan pajak masyarakat tersebut justeru digunakan untuk menggulingkan orang-orang yang telah memberikan seragam dan peralatan itu.

Adalah penting menekankan bahwa perjuangan kaum buruh merupakan sebuah perjuangan massa, merupakan pelopor perjuangan rakyat, dan kekuatan terbesar itu berakar dari rakyat. Perjuangan bagi kaum buruh hendaknya tidak dipandang sebagai inferior secara jumlah dibanding pengusaha yang selalu mendapat dukungan dari aparatus Negara. Meskipun kekuatan dari perjungan buruh mungkin inferior dari segi jumlah tetapi kobaran semangat dan niat muliah dapat dijadikan dukungan mayoritas yang berpangkal pada perjungan besar. Oleh karena itu perjuangan buruh hendaknya berlandaskan semangat, niat muliah dan berharap dukungan rakyat yang kemudian dijadikan suatu kemutlakan agar perjungan yang mengharapkan perubahan nasib bagi kaum buruh dan masyarakat pada umumnya segera akan tercapai.

Setelah memahami karakteristis dari apa yang akan kita perjuangkan maka selanjutnya kita menjawab untuk apakah perjuangan itu kita lakukan? Tentunya selain menuntut perubahan nasib yang lebih baik maka perjungan ini harus mengambil posisi sebagai pembaharu sosial, bercucur keringat dan bersuara lantang melawan tirani guna menaggapi protes yang disertai marah oleh buruh dan rakyat menentang para penindasnya, berjuang untuk mengubah sistem sosial yang membelenggu saudara-saudaranya dalam kemiskinan dan kehinaan. Perjuangan ini bangkit menentang kondisi tertentu dan mengabdikan dirinya dengan seluruh kekuatannya sehingga keadaan ideal sebagaimana tujuan perjuangan itu akan tercapai.

Perjuangan ini, juga perlu di dilakukan hingga kepelosok-pelosok tanah air dimana masyarakat yang selama ini menjadi buruh dilahan para penguasa perkebunan, tanah, dan lain sebagainya harus segera dapat memiliki bagian perkebunan, tanah, ternak-ternak dan segala yang mereka rindukan selama bertahun-tahun, terhadap perbaikan kehidupan dan kesuraman mereka selama ini.

Untuk perjungan tersebut tak ada yang mustahil dan tak ada yang tak mungkin sebagai dorongan motifasi untuk rekan-rekan yang berjung maka beberapa penggalan kisah dan bukti nyata dari hasil perjungan itu telah diperoleh. Cina Mao berawal dari perjuangan kelompok-kelompok buruh di selatan, yang dipukul dan hampir dimusnahkan. Mereka mapu menstabilkan diri dan mulai melangkah maju hanya seketika, setelah Long March ke Yenan, menduduki kawasan-kawasan pedesaan dan melakukan reformasi agraria sebagai dasar tuntutannya. Perjuangan Ho Chi Minh di Indo-China berbasiskan pada petani sawah, yang ditindas dibawah kekejaman kolonial Prancis; dengan kekuatan itu melangkah maju mengalahkan penjajah. Dalam kedua kasus tersebut ada masa selingan perang patriotik menentang invasi Jepang, namun basis perjuangan untuk tanah tidak hilang. Dalam kasus Aljazair, gagasan besar nasionalisme Arab memilik pasangan ekonominya dalam kontrol terhadap hampir seluruh tanah pertanian oleh sejuta warga Prancis. Dan dalam beberapa negara, seperti Puerto Rico, dimana kondisi khusus dari kepulauan itu tidak memungkinkan pecahnya pernag gerilya, semangat kaum nasionalis, sungguh terluka oleh tindakan-tindakan diskriminasi yang dikenakan terhadap mereka dalam kehidupan seharI-sehari, memiliki basisnya dalam aspirasi petani (bahkan walaupun sudah mengalami proletarisasi) berupa tuntatan terhadap tanah yang telah dirampas oleh para Yankee (AS) dari mereka. Gagasan pokok yang sama tersebut, meski dalam bentuk yang berbeda-beda, mengilhami petani kecil, petani, dan budak dari perkebunan-perkebunan timur Kuba untuk merapat bergandengan dan bersama-sama mempertahankan hak untuk memiliki tanah selama tiga puluh tahun perang pembebasan.

Diakhir sebuah catatan ini maka tak ada kata yang tepat selain mengucapakan selamat berjung kaum buruh, raih apa yang menjadi hakmu terjang tirani yang menghadang guna tercapainya kehidupan dan pengakuan yang layak, Selamat Hari Buruh “May Day” 1 Mei 2010. Salam pembebasan…..

Tidak ada komentar:

Kawasan Konservasi Hutan Kota Mangrove Kota Balikpapan